Author Archives: mas narso
Kami Memilih Setia
Judul di atas bukan karena kesengsem sama lagunya mbak Fatin lho…..
Ceritanya…. ada seorang “ibu pejabat” yang datang ke workshop kami dan memilih-milih mukena. Sebetulnya kalo ada calon pembeli datang ke tempat kami pada saat-saat peak season seperti ini perasaan kami campur aduk, antara senang dan sedih. Senang karena kedatangan beliau-beliau ini bagian dari silaturahmi yang tidak saja bisa memperbanyak rizki tapi juga memperpanjang umur.
Sedih karena meski datang langsung ke kami, belum tentu bisa pulang bawa mukena, karena stok yang ada sudah terjatah untuk agen/agen utama Mukena Choirina yang sudah masuk PO-nya.
Nah… si “ibu pejabat” ini juga memohon diskon besar selayaknya agen. Terpaksa kami gak bisa memenuhi permohonan beliau, diskon segitu hanya untuk agen kami yang sudah memenuhi persyaratan tertentu.
” Wah kalo diskon segitu mending saya ambil di temen saya yang sudah jadi agen,” kata si Ibu.
“Iya bu, silakan langsung ke agen saja,” jawab kami.
Masalah potongan diskon harga dan peng-utama-an distribusi stok ke agen/agen utama adalah komitmen yang harus kami pegang. Selain berbagi rizki, ini juga tentang komitmen kami membangun jaringan distribusi Mukena Choirina.
Mukena Choirina Pindahan
Meski bukan satu-satunya sarana penjualan, web sangat penting untuk mendongkrak penjualan. Web ibarat etalase yang buka 24 jam sehari serta tujuh hari seminggu, kapan pun di mana pun selalu siap selama masih ada akses internet.
namun demikian, sebagai salah satu sarana penjualan, web perlu juga dikelola agar semakin mendatangkan banyak calon pembeli. Karena itulah mulai pekan kemarin web Mukena Choirina kami perbarui.
Diri yang Menjual
Selintas, judul di atas memang agak gimana gitu…
Jangan berpikir yang-yang aneh-aneh dulu. Tulisan ini akan membahas tentang personal branding.
Personal branding sangat penting untuk UKM dimana si owner biasanya masih menjabat DIRJEN alias “direktur ijen”, pemilik usaha masih merangkap beberapa pekerjaan mulai dari keuangan sampai marketing. Maka jangan heran ketika seorang pemilik UKM sukses membranding dirinya, maka konsumen sering mengidentikan si pemilk usaha dengan bidang usaha yang digeluti bahkan sampai “nempel” ke nama panggilan. Contoh: John Sablon. Nama aslinya Sujono pemilik usaha sablon dan percetakan. Read the rest of this entry
JURUS PENDEKAR BUNTUNG
Autotomi adalah sebuah mekanisme pertahanan alami sejumlah hewan terhadap serangan predator. Hewan yang memiliki kemampuan autotomi memungkinkannya untuk dapat melepaskan diri dari sergapan predator. Hewan-hewan ini akan mengecoh predator dengan potongan tubuhnya yang bergerak-gerak. Autotomi biasanya berlangsung secara spontan. Cicak adalah salah satu contoh binatang yang menggunakan cara ini, begitu merasa dalam ancaman bahaya, sang cicak memutus ekornya. Uniknya, meski sudah lepas, ekor tersebut tetap bisa bergerak-gerak memancing perhatian predatornya, sementara si empunya buntut bisa pergi dengan leluasa.
Dalam strategi marketing, adakalanya dalam bisnis kita perlu mengorbankan beberapa unit produk kita. Tentunya taktik ini adalah bagian dari memberikan penawaran yang powerful kepada konsumen potensial. Makanya tidak heran kita sering mendapat program beli 2 gratis 1 >> karena program inilah saya nyoba T*P Cofee.
Ada beberapa keuntungan menggunakan strategi ini. Pertama, lebih murah. Ya, karena yang kita keluarkan hanyalah sebatas HPP produk yang kita “korbankan” , sementara konsumen merasa menerima sebesar harga jual produk kita. Sebaga ilustrasi, katakanlah produk kita HPP-nya senilai Rp 80ribu dengan harga jual Rp 110ribu maka yang diterima konsumen adalah Rp 110ribu, padahal sejatinya yang kita keluarkan hanyalah Rp 80ribu. Read the rest of this entry
Hukum Pareto Dalam Bisnis
Hukum Pareto (Pareto’s Law), dari nama ekonom Itali, Vilfredo Pareto. Hukum Pareto menyatakan bahwa sebuah grup selalu memiliki persentase terkecil (20%) yang bernilai atau memiliki dampak terbesar (80%). Banyak pihak yang telang memanfaatkan pendekatan Hukum Pareto ini dalam berbagi bidang, tak terkecuali dalam bisnis. Berikut adalah contoh implementasinya dalam bisnis.
Hanya +/- 20% nasabah(korporat & prioritas) memberikan kontribusi 80% revenue bank. Karena itu beberapa bank mempunyai produk yang ditujukan kepada mereka yang masuk dalam kategori “nasabah kakap”.
Hanya +/- 20% dari keseluruhan produk mengkontribusikan 80% revenue perusahaan. Pemahaman akan hal ini akan membuat antisipasi stok barang. Produk-produk yang fast moving yang distok dalam jumlah lebih banyak.
Hanya +/- 20% usaha mendatangkan 80% hasil. Maksudnya?? Ya, Usaha yang sangat efektif dan efisien (20% dari keseluruhan usaha) sangat mungkin mengakibatkan hasil yang besar (80% dari keseluruhan hasil).
Hanya +/- 20% dari keseluruhan perusahaan yang mengalami pertumbuhan di atas 80% . Adalah tugas bagi para pelaku bisnis agar bisa memastikan perusahaanya masuk dalam bagian yang 20% tersebut.
Contoh-contoh di atas adalah sebagian dari implementasi hukum Pareto dalam dunia usaha. Terlalu sederhana memang, karena setiap point dari contoh di atas memerlukan berbagai perangkat pendukung agar bisa diterapkan dengan baik. Salah satu perangkat yang sangat penting adalah DATABASE. Tanpa database yang baik kita tak kan mampu mengidentifikasi produk, konsumen maupun aktifitas yang mampu mendatangkan hasil berlipat-lipat dalam usaha kita.
JANGAN LUPA ASAH KAPAKMU
Diceritakan disebuah desa di pinggir hutan, hiduplah seorang pemuda miskin namun rajin bekerja. Sebut saja Joko namanya. Joko ini mempunyai tekad yang kuat untuk keluar dari jurang kemiskinan yang membelit keluarganya selama ini. Hampir semua pekerjaan sudah pernah ia coba, namun hasilnya masih sama, tak cukup membawa Joko dan keluarga beranjak dari jurang kemiskinan
Lalu tibalah pada suatu hari, tertempel pengumuman lowongan pekerjaan dari juragan Adiwilaga, seorang juragan kaya-raya yang mempunyai tanah puluhan hektar. Juragan Adiwilaga berniat membuka tanahnya yang masih berupa belantara hutan, hendak dijadikan perkebunan. Merasa mendapatkan peluang untuk kehidupan yang lebih baik, Joko pun segera mengajukan diri untuk ikut terlibat dalam pembukaan perkebunan.
Hari itu Joko berangkat selepas subuh. Ia berharap dengan bekerja lebih awal maka ia bisa menebang semakin banyak pohon. Maklumlah, Joko dibayar berdasarkan berapa pohon yang bisa ia tebang. Benar juga, hari itu Joko bisa merobohkan sepuluh batang pohon, jauh lebih banyak dibandingkan pekerja yang lain.
Hari-hari berikutnya, Joko bekerja lebih giat. Berangkat lebih pagi dan pulang lebih malam. Tapi anehnya, capaian keja Joko justru makin menurun. Bahkan pada pekan kedua ia hanya bisa merobohkan lima batang pohon sehari. Jokopun sedih dengan hasil kerjanya. Saat ia duduk termenung, Joko dihampiri juragan Adiwilaga.
“Joko, kenapa hasil kerjamu akhir-akhir ini menurun?” tanya juragan Adiwilaga membuka percakapan.
“Tidak tahu juragan, padahal saya bekerja lebih lama,” jawab Joko.
“Coba lihat kapakmu nak,” juragan Adiwilaga meminta kapak yang dipegang Joko dan memeriksanya sambil tersenyum.
“Nak… Sesibuk apapun kamu, jangan pernah lupa mengasah kapakmu,” kata juragan Adiwilaga sambil menepuk pundak Joko.
Mengasah kapak, mungkin pekerjaan ringan bagi Joko dan selama ini tak terpikirkan olehnya. Namun ternyata efeknya ternyata sangat luar biasa bagi produktifitas pekerjaanya.
Ada banyak hal-hal ringan yang selama ini kita anggap sepele dan tidak kita kerjakan namun sangat berdampak pada capaian pekerjaan kita.
Membaca, belajar, mengikuti pelatihan mungkin termasuk hal yang jarang kita lakukan, apalagi saat-saat bisnis kita sedang rame.
Efeknya ketika kondisi usaha berubah atau persaingan semakin sengit, kita tak lagi punya kompetensi yang cukupuntuk menghadapinya
tantangan dan solusi meLAKUkan
Apapun jenis usahanya, setiap wirausahawan tentu sangat ingin produknya LAKU. Karena dengan semakin LAKU-nya produk kita merupakan jembatan menuju meningkatnya omset dan profit bisnis kita. Ada beberapa tantangan seorang sales/wirausahawan untuk meLAKUkan produknya baik berupa barang atau jasa.
1. Tak ada kepercayaan
Tanpa adanya kepercayaan dari para calon pembeli, sulit untuk bisa menghasilkan penjualan. Banyak sebabnya, mulai dari masalah penampilan atau bisa juga karena “level”nya kurang memadai alias tidak sekelas dengan calon pembeli.
Solusinya, perlu dibangun personal branding yang kuat bagi si penjual agar “mercayani” (bahasa Jawa). Apalagi untuk yang bergerak dibidang jual-beli online, personal branding menjadi sangat penting mengingat penjual dan pembeli tidak pernah bertemu. Mengenai bagaimana membangun personal branding InsyaAllah akan saya bahas dalam kesempatan lain.
2. Tak ada uang
Seorang calon pembeli sangat tertarik dengan barang/jasa kita namun tidak ada uang. Solusinya adalah dengan memberikan alternatif cara pembayaran.
Misalnya dengan menjual sistem kredit, bekerjasama dengan lembaga keuangan. Penjual bisa meLAKUkan barang/jasanya, pembeli bisa membayar tanpa memberatkan kondisi keuangan kedua belah pihak. Cara ini sudah dipakai tidak hanya penjual rumah atau mobil tapi juga penjual hand phone, mebel dan lain-lain.
3. Penundaan
Kasus ini sering terjadi, padahal jika terjadi penundaan ditakutkan calon pembeli berubah pikiran.
Solusinya adalah memberikan batas waktu yang jelas dan tegas kepada calon pembel. Misalnya: “Persediaan sangat terbatas, hanya 100 unit” atau “Penawran hanya sampai akhi bulan ini.”
Solusi lain adalah dengan memberikan kemudahan agar calon pembeli segera membeli. Misalnya: “Diskon 20% bagi yang membeli sebelum akhir bulan ini”.
4. Ragu-ragu
Terkadang calon pembeli masih ragu-ragu memutuskan pembelian, karena ia harus meminta persetujuan orang lain.
Misalnya, seorang suami sangat tertarik dengan barang/jasa kita tapi ia takut kalau istrinya tidak setuju atau bahkan tidak suka dengan barang yang ingin dibelinya.
Untuk mengatasi ini, kita bisa memberikan garansi. Contohnya: “Silakan Bapak beli terlebih dulu produk ini, atau bayar uang muka dulu juga boleh, jika memang nanti istri Anda tidak cocok, bisa dikembalikan barangnya atau uang mukanya bisa dialihkan ke barang yang lain.
Semoga bermanfaat.
Buah Kejujuran
Pagi itu, Amir berjalan tergesa-gesa bersama para pemuda yang lain dari daerahnya menuju ibu kota kerajaan. Ya, hari itu Sultan memang mengumpulkan para pemuda pilihan dari seantero pelosok kerajaan untuk dipilih menjadi perdana menteri menggantikan perdana mentri sebelumnya yang telah wafat.
Ketika semua peserta sudah berkumpul, tiap peserta diberikan sebuah biji tanaman. “Rawatlah biji tanaman itu dengan baik di rumah kalian masing-masing. Satu bulan lagi, kalian akan berkumpul lagi di sini dan bawa hasil kerja kalian. Ingat, hanya yang terbaik yang aku pilih!” demikianlah Sultan memberikan wejangan terakhirnya sebelum peserta bubar.
Hari demi hari berganti, Amir sangat cemas dengan biji yang ia tanam tak juga tumbuh, sementara milik teman-temannya bisa tumbuh dengan baik. Bahkan sampai genap satu bulan, biji tanaman Amir juga tak tumbuh. Tapi Amir bertekad apapun yang terjadi ia akan membawa hasil tanamanya menghadap Sultan.
Tibalah waktu yang dijanjikan, semua peserta sayembara berkumpul membawa hasil tanamanya masing-masing. Dan hanya punya Amir yang masih berbentuk biji.
Suasana hening ketika Sultan berjalan di antara para pemuda peserta sayembara. Tiba-tiba Sultan berteriak “Hei kamu…..” sambil tangannya menunjuj Amir. Amir pun takut dan cemas, seolah jantungnya berhenti beberapa saat. “Ya kamu, “ Sultan mengulangi lagi sambil menunjuk ke arah Amir. “Kamulah yang aku pilih sebagai perdana mentri,” kata Sultan.
Sementara para tamu dan peserta yang lain masih bingung dan tidak percaya dengan pilihan Sultan, karena justru hanya Amir-lah yang tanamanya tidak tumbuh.
“Pemuda ini aku pilih karena ia jujur dan berani, ketahuilah semua biji yangaku bagikan kepada kalian sudah aku rebus semua jadi tidak mungkin tumbuh. Negri ini butuh sosok perdana mentri yang tidak hanya jujur tapi juga berani, “ Sultan memberikan penjelasan atas keputusanya.
Memang dalam hidup ini jujur saja tidak cukup, diperlukan berbongkah-bongkah keberanian untuk tetap jujur dan mempertahankan kejujuranya.
KETIKA SI DIA TAK LAGI SETIA
Semakin majunya teknologi informasi yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, membuat semakin mudah masyarakat memperoleh informasi. Masyarakat (baca: konsumen) menjadi lebih mudah memperoleh informasi tentang produk yang hendak dibelinya.
Kondisi di atas semakin ramai ketika para produsen ikut-ikutan gencar memasarkan produknya. Bahkan seiring semakin ketatnya persaingan, tidak sedikit produsen yang mulai jor-joran memberikan penawaran yang (dianggap) semakin menguntungkan konsumen. Tengoklah bagaimana para operator telekomunikasi jor-joran berusaha memberikan penawaran terbaik demi terebutnya hati para pelanggan sehingga mau menggunakan produk mereka.
Akhirnya tiranic of choices melanda kosumen. Konsumen dihadapkan pada terlalu banyak pilihan.
Akibatnya sulit sekali untuk mendapatkan kesetiaan dari pelanggan. Mengambil contoh di dunia telekomunikasi, kondisi di atas melahirkan churn rate yang tinggi. Churn rate adalah istilah yang digunakan dalam dunia telepon seluler, yang artinya adalah tingkat (persentase) berhentinya pelanggan dari operator tertentu karena alasan tertentu dalam satuan waktu tertentu (misalnya tahun). Barangkali kita juga pernah melakukanya, gonta-ganti kartu atau nomor HP.
“Sentuhlah dia tepat di hatinya…,” demikian penggalan syair salah satu lagu Ari Laso. Ya, pertahankan kesetiaan pelanggan Anda dengan menyentuh hatinya karena kepala mereka telah dipenuhi dengan limpahan informasi yang membingungkan tentang berbagai produk.
Tak peduli pelanggan Anda pria atau wanita, libatkan emosi mereka dalam memilih produk Anda. Efeknya bukan hanya menjadi pelanggan setia, tapi mereka bisa jadi agen WOM (worth of mouth) bagi produk kita alias marketing by gethok tular.